Tuesday, May 12, 2020

Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Al-Qur’an


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia, ilmu pengetahuan sangat penting untuk menjaga kelanjutan dan mempertahankan kehidupan. Ilmu pengetahuan dapat didapatkan dari sebuah pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan. Setiap yang bertujuan tentunya mempunyai ukuran sudah sampai dimana perjalanan pendidikan tersebut. 

Sebuah pendidikan memiliki kompenen yang bertanggungjawab atasnya, yaitu seperti keluarga, masyarakat dan lingkungan dari seorang anak. Keluarga sebagai sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga diharapkan senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis bagi anak, serta merawat dan mendidiknya. Selain keluarga yang menjadi tempat utama bagi seorang anak belajar, masyarakat dan lingkungan juga memegang tanggung jawab dalam pendidikan.

Dalam lingkungan Islam, al-Qur’an merupakan sesuatu landasan atau pedoman bagi umat Islam. Oleh karenanya, tanggung jawab pendidikan memiliki penjelasan di dalam al-Qur’an terkait tanggung jawab bagi keluarga atau orang tua, masyarakat dan lingkungan terhadap pendidikan.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengertian tanggung jawab?
  2. Bagaimana tanggung jawab pendidikan dalam al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian tanggung jawab.
  2. Untuk mengetahui tanggung jawab pendidikan dalam al-Qur’an.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya).’ Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia,bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. 

B. Tanggung Jawab Pendidikan dalam al-Qur’an
  1. Tanggung Jawab Orang Tua

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena suatu ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama seiya sekata, seiring dan setujuan, dalam membina bahtera rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dan ridho Allah SWT. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat informal, yaitu pendidikan yang tidak mempunyai program yang jelas dan resmi, selain itu keluarga juga merupakan lembaga yang bersifat kodrati, karena terdapat hubungan darah antara pendidik dan anak didiknya. 

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Seperti yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan agama Islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya, baru kemudian kepada masyarakat luas. 
Allah berfirman dalam Q.S. at-Tahrim (66) ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. at-Tahrim, 66: 6) 

Ayat ini sejalan dengan hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan oleh riwayat lain dari Ali ketika menjelaskan ayat tersebut, maksudnya adalah berikanlah pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan terhadap dirimu dan keluargamu.  Tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: 
  1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahakan kelangsungan hidup manusia.
  2. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.
  3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
  4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup. 



Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini
>> Download <<

Monday, May 11, 2020

Tujuan Pendidikan Dalam Al-Qur’an



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu rumusan nasional tentang istilah “Pendidikan” adalah sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang.”  Pendidikan adalah transformasi ilmu pengetahhuan, budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu generasi agar dapat ditransformasikan kepada generasi berikutnya. 

Al-Qur’an sendiri sangat mendorong manusia untuk belajar dan menuntut ilmu. Bukti terkuat mengenai hal ini adalah bahwa ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan memberikan dorongan kepada manusia untuk membaca dan belajar. Ayat tersebut juga menekankan bahwa dengan perantaraan kalamlah Allah mengajarkan manusia membaca dan mengajarinya apa-apa yang tidak diketahuinya. Lebih jauh Islam menjelaskan, bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang berisi segala hal mengenai petunjuk, yang membawa hidup manusia menjadi bahagia baik.  Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang memberikan petunjuk yang berimplikasi terhadap pelaksanaan pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga kelak dapat menjadi seorang mukmin yang baik dapat mengamalkan ajaran Islam secara baik dan sempurna.  Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendiskripsikan tujuan pendidikan dalam al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengertian tujuan pendidikan?
  2. Bagaimana tujuan pendidikan dalam al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian tujuan pendidikan.
  2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan dalam al-Qur’an.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tujuan Pendidikan
Setiap proses pendidikan harus dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana subjek didik menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendididikan dan saripati dari seluruh renungan pedagogik.  

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran, dan atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan, supaya berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.  Beberapa definisi tujuan pendidikan Islam menurut para ahli diantaranya:
  1. Naquib al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang penting harus diambil dari pandangan hidup (philosophy of life). Jika pandangan hidup itu Islam maka tujuannya adalah membentuk manusia sempurna (insan kamil) menurut Islam. Maksudnya, bahwa semua proses pendidikan harus menuju pada nilai kesempurnaan manusia.
  2. Muhammad Athiyah al-Abrasi merumuskan tujuan pendidikan Islam secara lebih rinci. Dia menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dunia-akhirat, persiapan untuk mencari rizki, menumbuhkan semangat ilmiah, dan menyiapkan profesionalisme subjek didik. Dari kelima tujuan pendidikan tersebut semuanya harus menuju pada titik kesempurnaan yang salah satu indikatornya adalah adanya nilai tambah secara kuantitatif dan kualitatif.
  3. Abd ar-Rahman an-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. 
  4. Dalam islam, tujuan pendidikan identik dengan tujuan penciptaan manusia. Jika tujuan penciptaan manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah, tujuan pendidikan dalam islam pun demikian. Pendidikan dalam islam tidak bertujuan menghasilkan uang atau memperoleh kemegahan dan kegagahan. Jika itu menjadi tujuan akan timbul kedengkian, kebencian, dan permusuhan. 

Tujuan pendidikan harus diarahkan kepada kemampuan hidup peserta didik dalam hal memberdayakan potensi dirinya ia harus bersikap aktif dalam menentukan perencanaan perjalanan hidupnya, sehingga pada gilirannya mampu menangani realitas yang melahirkan fenomena-fenomena baru. Tujuan-tujuan pendidikan Islam juga dapat di uraikan sebagai berikut:
  1. Menghantarkan manusia pada bakat-bakat alaminya, sehingga ia akan mengevaluasi diri alam semesta dan masyarakat tempat tinggalnya.
  2. Menyadarkan manusia akan penciptanya yakni atas dasar yang bernalar, sehingga akan membuahkan hubungan-hubungan yang sehat, membantu menumbuhkan personalitas orang beriman dan memotivasi timbulnya visi kehidupan dunia dan alam akhirat yang benar dalam dirinya.
  3. Menanamkan dalam diri manusia tentang hubungan yang harmonis dengan alam semesta dan memperkokoh ikatan kemanusiaan melalui peningkatan rasa estetika.
  4. Menciptakan pemahaman Islam yang sistematis, yang menuntut manusia pada kesesuaian setiap pemikiran dan perbuatannya berdasarkan tata aturan dan prinsip Islam.
  5. Membentuk kepribadian yang seimbang, yang dalam bidang wewenangnya memiliki unsur-unsur material, spiritual dan konseptual atas dasar yang serasi.
  6. Mengembangkan sumber daya manusia untuk dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat manusia.
  7. Menuntun manusia ke arah metode berpikir ilmiah serta penguasaan ilmu dan pengetahuan serta membantu anak-anak baik kaum muda serta memberi mereka semangat menuntut ilmu, keahlian dan spesialisasi dalam berbagi bidang. 
  8. Menyiapkan manusia untuk berperan serta dalam pembentukan masyarakat dan kehidupan yang Islami, juga memberikan mereka kesempatan untuk hidup di bawah naungan sistem Islam.
  9. Meneliti sejarah umat Islam dengan cermat, menulisnya dengan gaya sederhana yang mudah dipahami dan terlepas dari motif-motif politik apa pun agar generasi-generasi mendatang mengenal warisan agung mereka.
  10. Mendidik anak-anak dari kaum muda serta melatih mereka untuk memelopori aktivitas sosial agar dapat menguasai peran-peran khusus dan bakat-bakat yang demikian harus dapat ditanamkan dalam rangka menyerukan manusia pada risalah Allah swt., yakni pesan kebaikan dan kedamaian.
  11. Mengukuhkan nikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan memberi titik tekan pada ketulusan dalam iman, bermasyarakat dan secara luas dalam kehidupan umat Islam. 

B. Tujuan Pendidikan Dalam Al-Qur’an 
Quraish Shihab dengan analisis tafsirnya, menyatakan bahwa tujuan pendidikan menurut al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan al-Quran, “untuk bertaqwa kepada Allah SWT”.  Begitu juga Mursi, ia berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah peningkatan manusia yang menyembah dan mengabdi kepada Allah dan takut kepadaNya.  Tujuan hidup manusia itu menurut al-Qur’an adalah beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya QS. Adh-Dhariyat: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ٥٦ 
Artinya: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” 


Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini
>> Download << 

Tuesday, May 5, 2020

Objek Pendidikan Dalam Al-Qur’an



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia, telah menerangkan sekaligus menuntun manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Baik itu mengenai aqidah, ibadah, mu’amalah, ataupun pendidikan. Berbicara tentang masalah pendidikan, tentunya tidak terlepas dari ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran, dan objek pendidikan. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan masalah-masalah tentang pendidikan tersebut.

Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subjek, objek dan sarana-sarana pendukung pendidikan lainnya. Allah SWT telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dapat memberikan peringatan kepada keluarga dan sanak kerabat dulu kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka jelek kepada Nabi, keluarga dan sanak kerabatnya, akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah SWT juga menyuruh agar bersikap tawadhu’ kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap baik kepada mereka, dan ikut menanggung kesusahan yang mereka mau menerima nasihat.

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengertian objek pendidikan?
  2. Bagaimana objek pendidikan menurut al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian objek pendidikan.
  2. Untuk mengetahui objek pendidikan menurut al-Qur’an.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Objek Pendidikan
Objek menurut bahasa adalah orang yang menjadi sasaran. Istilah objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran pengarahan suatu tindakan sadar dari subjek. Sedangkan pendidikan dalam bahasa Inggris (education) berasal dari bahasa latin, yaitu ducare, yang berarti menuntun, mengarahkan atau memimpin.

Ada beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli, diantaranya:
  1. H. Home, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental. 
  2. Frederick J.Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang.
  3. M. J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
  4. Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.  

Dapat disimpulkan pendidikan adalah proses pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau kelompok orang-orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Jadi, objek pendidikan adalah orang yang mendapat pencerdasan secara utuh dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat atau keseimbangan materi dan religious spiritual. Objek pendidikan ada kaitannya dengan fenomena situasi pendidikan. Fenomena tersebut terdapat didalam keluarga, sekolah, masyarakat. 



Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini
>> Download <<

Monday, May 4, 2020

Hakekat Ilmu Dan Tugas Yang Diemban Manusia



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia. Wahyu pertama saja adalah perintah untuk membaca. Karena dengan membaca kita bisa mengetahui banyak ilmu. Perintah mencari ilmu diwajibkan atas Muslim maupun Muslimah. Dalam al-Qur’an Allah swt. telah berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu, maka mulialah orang yang berilmu. Kunci dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, maka kita akan merugi jika kita tidak mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya di dunia.

Kedudukan manusia di alam raya ini di samping sebagai khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai ‘abd, yaitu seluruh usaha dan aktivitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Dengan pandangan yang terpadu ini, maka sebagai seorang khalifah tidak akan berbuat sesuatu yang mencerminkan kemunkaran atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. 

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengertian dan kedudukan ilmu dalam Islam?
  2. Bagaimana tugas yang diemban oleh manusia?
C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian dan kedudukan ilmu dalam Islam.
  2. Untuk mengetahui tugas yang diemban oleh manusia.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kedudukan Ilmu dalam Islam
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata dari jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain mengatakan bahwa kata ‘ilm adalah bentuk masdar dari ‘alima - ya’lamu - ilman. Menurut Ibnu Zakaria ‘ilm mempunyai makna bekas sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dari lainnya. Menurut Ibn Manzur, ilmu adalah antonim dari kata tidak tahu (naqid al-Jahl), sedangkan menurut al-Asfahani dan al-Anbari, ilmu adalah mengetahui hakikat sesuatu (idrak al-syai’ bi haqq qatih). Kata ilmu biasanya disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan) dan syu’ur (perasaan). Ma’rifah adalah padanan kata yang sering digunakan. Di dalam al-Qur’an, kata ‘ilm disebut sebanyak 778 kali. Dalam dunia Islam, ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam al-Qur’an dan bimbingan Nabi Muhammad saw. mengenai wahyu tersebut.  

Ilmu berfungsi sebagai alat bantu manusia dalam mengatasi masalah sehari-hari. Pada dasarnya semua ilmu bertujuan untuk menemukan hukum, norma dan kaidah yang berlaku umum untuk semua. Melalui ilmu, orang mengenal lingkungan dan dirinya serta mengenal Dzat Yang Maha Menciptakan yaitu Allah swt.  Ilmu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan saling memiliki hubungan dan ketergantungan dengan ilmu yang lain. Hasilnya adalah ilmu pengetahua, ilmu pengetahuan itu sendiri adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem yang meliputi kenyataan, struktur, membedakan bagian-bagian dan hukum-hukum tentang objek kajian yang diteliti yaitu alam, manusia dan agama, sejauh yang dapat dijangkau oleh akal manusia dengan dibantu panca indera yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.  

Manfaat ilmu bagi manusia sangatalah besar. Kebahagiaan dan kesuksesan manusia di dunia dan di akhirat ditentukan pada kualitas ilmu yang ada pada manusia. Tanpa adanya ilmu pengetahuan pada seorang manusia, maka dapat dikatakan bahwa manusia tersebut tidak berkualitas di hadapan Allah swt. ataupun di hadapan manusia lainnya. Ilmu pengetahuan hendaknya dijadikan sebagai sarana dalam rangka beribadah kepada Allah swt. serta mendekatkan diri kepada-Nya. Itulah hakikat dari menuntut ilmu dan juga tujuan manusia berilmu. 

Ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan tinggi dalam pandangan Islam, diantaranya adalah:
  1. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran. Dengan menggunakan kekuatan intelegensi yang dibimbing oleh hati nurani, manusia dapat menentukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya sekalipun relatif. Kebenaran-kebenaran tersebut sebagai tonggak sejarah yang pasti dilalui oleh semua manusia dalam perjalanan untuk mencapai kebenaran yang mutlak.
  2. Ilmu pengetahuan sebagai prasyarat amal saleh. Hanya seseorang yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan yang dapat berjalan di atas kebenaran.
  3. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mengelola sumber-sumber alam guna mencapai ridho Allah swt. Ilmu pengetahuan merupakan instrumen untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah swt. yaitu mensejahterakan diri dan manusia lain guna mencapai ridho-Nya. Kesejahteraan itu dapat diperoleh jika manusia mengelola sumber-sumber alam dengan mengetahui hukum-hukum dan aturan-aturan yang memungkinkan manusia dapat mengelola dan memanfaatkan bumi dengan baik.
  4. Ilmu pengetahuan sebagai pengembangan daya pikir. Ilmu pengetahuan dapat dilihat dari dua visi, yaitu sebagai produk berpikir atau sebagai kegiatan yang mengembangkan daya pikir. Sebagai pengembang daya pikir karena ilmu pengetahuan merupakan alat untuk memahami dan membiasakan diri untuk berpikir secara keilmuan yang dapat mempertajam daya pikir manusia. 



Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini

Memahami Hadis Muslim No.790 (Kitab: Shalat, Bab: Kadar yang bisa menjadi sutrah)



A. Pendahuluan 
Sutrah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai penghalang apapun bentuk atau jenisnya. Sutrah adalah sesuatu yang ditancapkan dihadapannya berupa tongkat atau sesuatu yang sudah tegak sendiri dihadapannya, seperti dinding atau tiang, guna untuk mencegah orang berlalu lalang di depannya saat ia sedang sholat.

Sutrah harus ada di hadapan orang yang sedang sholat. Sehingga, bila ada sesuatu yang lewat di hadapannya akan memutus munajat serta menggangu hubungan ia dengan Allah dalam sholatnya. Oleh sebab itu, siapa yang sengaja lewat di depan orang yang sedang sholat, ia telah melakukan dosa yang sangat besar.

Orang yang memakai sutrah saat shalat, berarti ia memberikan tempat berlalu bagi orang-orang yang ingin lewat, sehingga mereka tidak harus berhenti menunggu selesainya orang yang sedang shalat tersebut. Dengan adanya sutrah, orang yang ingin lewat bisa melewati bagian belakang sutrah, sutrah akan menjaga orang yang lewat dari berbuat dosa.

B. Pembahasan 
1. Kritik Sanad
Kritik sanad merupakan kritik ekstern. Sebagai bagian dari naqd al-hadits, naqd as-sanad merupakan ilmu yang secara spesifik menfokuskan bahasan dan penelitian pada keberadaan para periwayat atau transmitter hadis. Dalam disiplin ilmu kritik hadis dikenal dua metode; kritik ekstern (an-naqd al-khariji) dan kritik intern (an-naqd ad-dakhili). Maksud dari kritik ekstern ialah kritik sanad. 

Sanad secara etimologis berarti sandaran atau sesuatu yang kita jadikan sandaran. Disebut demikian, karena hadis bersandar kepadanya. Sedangkan secara terminologis, terdapat rumusan pengertian. Menurut Ibn Jama’ah dan at-Thibi, sanad adalah berita atau pemberitahuan tentang jalan matan.  Pada kajian ini akan memunculkan istilah shahih al-isnad dan dha’if al-isnad. Shahih al-isnad mendefinisikan bahwa seluruh perawi dalam suatu hadis berkualitas shahih ditandai dengan bersambungnya sanad, terbebas dari syadz dan illat. Sedangkan dha’if al-isnad mendefinisikan bahwa ada kecacatan pada perawi atau tidak terpenuhinya kriterian shahih pada perawi.  

Adapun yang menjadi pokok pembahasan dari makalah ini yaitu hadis Muslim nomor 790 ( Kitab: Shalat, Bab: Kadar yang bisa menjadi sutrah ).

و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ وَهُوَ ابْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَصَمِّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْطَعُ الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ وَيَقِي ذَلِكَ مِثْلُ مُؤْخِرَةِ الرَّحْلِ

Artinya: “Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami al-Makhzumi telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid, dan dia adalah Ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Abdullah bin al-'Ashamm telah menceritakan kepada kami Yazid bin al-'Ashamm dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Yang memutuskan shalat ialah wanita, keledai, dan anjing. Untuk menjaga shalatmu (dengan meletakkan sutrah berupa) seperti kayu yang diletakkan diatas punggung unta."


2. Kritik Edietis 
a. Kajian Fiqh
Semua ulama sepakat bahwa sutrah bagi orang shalat itu memang disyariaatkan. Tetapi ketika berbicara hukumnya, ada sedikit perbedaan, yaitu antara yang mewajibkan dan mengatakan sunnah. 
Bisa dikatakan ulama dari zaman salaf hampir tidak ada yang mengatakan bahwa hukum sutrah bagi orang shalat adalah wajib. Jumhur ulama madzhab Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabillah berpendapat bahwa sutrah bagi orang shalat  hukumnya adalah sunnah. 

Meski Jumhur ulama mengatakan sunnah, mereka berbeda pendapat tentang kesunnahannya, menurut pendapat Hanabillah, sutrah sunah hanya bagi imam dan munfarid saja. Sedangkan menurut Malikiyyah dan Hanafiyyah, hukumnya sunnah bagi yang dikhawatirkan akan ada orang lewat. Menurut Syafi’iyyah dan salah satu pendapat Hanabillah, hukumnya sunnah muthlak tanpa ada batasan. 

Adapun sesuatu yang dijadiikan sutrah, antara lain: tiang masjid, tombak yang ditancapkan ke tanah, hewan tunggangan, pelana, tiang setinggi pelana, pohon, tempat tidur, dindin dan lain-lain.
Jarak diantara tempat sujud dengan sutrah itu hendaklah cukup untuk dilalui seekor anak kambing. Adapun jarak antara orang yang shalat dengan sutrah tidak lebih dari tiga hasta. Demikian pula jarak antara satu shaf dengan shaf yang lain. Dan apabila seseorang hendak menerobos lewat dihadapan orang shalat, maka harus dihalau dan dicegah. Jika dia masih tidak menghindar, perlu dihalau dengan keras. 

Larangan lewat didepan orang shalat sesuai dengan hadis riwayat Abu Juhaim yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Andai saja orang yang lewat didepan orang shalat tahu akan dosa yang dipikulnya, niscaya dia lebih memilih berdiam diri selama empat puluh dari pada melewati orang shalat.



Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini

Wednesday, April 29, 2020

Hakekat Sifat Dasar Manusia



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Manusia lahir dengan dengan membawa potensi fitrah. Potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan produktif melalui proses pendidikan. Selain itu, manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan. 

Proses pendidikan Islam berusaha mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia secara keseluruhan dan berusaha untuk mengembangkannya dengan sebaik mungkin tanpa ada yang terabaikan sedikitpun. Dengan demikian proses pendidikan Islam yang dijalankan diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia sehingga lahirlah manusia yang berkepribadian muslim dan manusia yang selalu menghambakan dirinya kepada Allah SWT. 

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana hakikat dan sifat dasar manusia?
  2. Bagaimana pandangan tentang hakikat manusia dan relasinya dengan proses kependidikan?

C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui hakikat dan sifat dasar manusia.
  2. Untuk mengetahui pandangan tentang hakikat manusia dan relasinya dengan proses kependidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Dan Sifat Dasar Manusia
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan oleh Allah, berupa Alquran menurut sunnah rasul. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah tetap hidup dengan ajaran Allah. Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat [51]: 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ ٥٦
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” 

Sedangkan hakekat manusia adalah sebagai berikut:
  1. Makhluk Tuhan, yaitu makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan buruk atau jahat.
  2. Makhluk yang berproses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
  3. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya.

Sifat dasar manusia adalah sifat yang melekat atau bawaan dari lahir pada diri setiap individu, semua diberi hawa nafsu dan akal fikiran serta kemerdekaan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri karena semua manusia Allah SWT yang menciptakan dari bahan yang sama dan dari garis keturunan yang sama pula yaitu Nabi Adam. 

Diantaranya sifat-sifat manusia menurut perspektif Alquran yaitu

  a. Sifat manusia hakikatnya fitrah
Firman Allah terdapat pada ayat Alquran QS. Al-A’raf [7]: 172

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ ١٧٢
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa sebelum manusia lahir telah diambil kesaksiaannya akan keesaan Allah SWT, oleh karenannya semua manusia pada hakikatnya beragama tauhid atau mengesakan Allah SWT namun kemudian setelah lahir kedunia ketauhidan seorang anak manusia akan sangat dipengaruhi oleh kedua orang tuanya, dan lingkungannya atau pergaulannya, serta pendidikannya, karena itu Nabi Muhammad saw menjelaskan dalam hadist yang sangat popoler bahwa semua anak Adam lahir dalam keadaan Suci (fitrah/mengesakan Allah) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan dia beragama Yahudi atau Nasrani. 

  b. Sifat manusia hakikatnya menurut Alquran adalah amat dzalim dan bodoh
Allah SWT berfirman dalam QS.Al-Ahzab [33] : 72

إِنَّاعَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا ٧٢
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh,” 

Dzalim atau aniaya adalah merupakan salah satu sifat manusia yang paling menonjol yang disebabkan karena kebodohan diri sendiri, ada beberapa ke dzaliman yang dilakukan oleh manusia yakni contohnya: Dzalim atau aniaya kepada diri sendiri seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, bunuh diri, meninggalkan sholat dan lain-lain karena kesemuanya dapat mengakibatkan keburukan pada orang yang bersangkutan dan diri sendiri yang tidak ada manfaatnya malah merugikan.



Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini

Terminologi Pendidikan Dalam Al-Quran



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran sebagai petunjuk (huda) penerang jalan hidup (bayyinat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqan), penyembuh penyakit hati (syifa), nasihat atau petuah (mauizah) dan sumber informasi (bayan). Sebagai sumber informasi Al-Quran mengajarkan banyak hal kepada manusia: dari persoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas pengetahuan. Al-Quran tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Al-Quran tidak hanya sebagai kitab suci umat Islam dan pedoman hidup dalam menjalankan segala aktifitasnya, tetapi Al-Quran juga merupakan kitab pendidikan. Pendidikan menurut Al-Quran jelas berbeda dengan pendidikan yang ada dalam masyarakat non Islam. Menurut istilah Ahmad D. Marimba dalam A. Izzam dan Saehudin bahwa, pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Al-Quran sendiri sangat mendorong manusia untuk belajar menuntut ilmu. 

B. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana ruang lingkup terminologi pendidikan dalam Al-Quran?
  2. Bagaimana implikasi konsep pendidikan Al-Quran proses belajar?
C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui ruang lingkup terminologi pendidikan dalam Al-Quran.
  2. Untuk mengetahui implikasi konsep pendidikan Al-Quran proses belajar.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Terminologi Pendidikan dalam Al-Quran
Dalam istilah Indonesia, kata pendidikan dan pengajaran hampir-hampir menjadi kata padanan yang setara (majemuk) yang menunjukkan pada sebauh kegiatan atau proses transformasi baik ilmu maupun nilai. Dalam pandangan Al-Quran, sebuah transformasi baik ilmu maupun nilai secara substansial tidak dibedakan. Penggunaan penggunaan istilah yang mengacu pada pengertian “pendidikan dan pengajaran” bukan merupakan dikotomik yang memisahkan kedua istilah tersebut, melainkan sebuah nilai harus menjadi dasar bagi segala aktifitas proses transformasi. Berdasarkan pada paradigma tersebut, maka jika ditelusuri secara mendalam dalam Al-Quran terdapat beberapa istilah yang mengacu pada terminologi “pendidikan dan pengajaran”, diantaranya adalah tarbiyah, talim, tadib dan tazkiyah.  

1. Tarbiyah

Terminologi tarbiyah merupakan salah satu bentuk transliterasi untuk menjelaskan istilah pendidikan. Istilah ini telah menjadi istilah baku dan populer dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam.  Kata tarbiyah (تربية) berasal dari bahasa arab yaitu: (تربية - ربي - يربي) yang berarti: (الملك) (raja/penguasa), (السيد) (tuan), (المدبر) (pengatur), (القيم) (penanggung jawab), (المنعم) (pemberi nimat). Istilah tarbiyah dapat diartikan sebagai proses penyampain atau pendampingan (asisten) terhadap anak yang diampu sehingga dapat mengantarkan masa kanak-kanak tersebut kearah yang lebih baik, baik anak tersebut anak sendiri maupun anak orang lain.

Para ahli bahasa ada yang berpendapat bahwa kata tarbiyah berasal dari tiga kata:
a. Pertama berasal dari kata (يربو - ربي) yang berarti ber-tambah, tumbuh.
b. Kedua berasal dari kata (يربي - ربي) yang berarti menjadi besar.
c. Ketiga berasal dari kata (يرب - ربّ) yang berarti memperbaiki, menguasai, menuntun, menjaga dan memelihara.  
Menurut al-Baidlawy kata al-rabb berasal dari kata tarbiyah yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna, dan jika dilihat dari fungsinya kata رب terbagi menjadi tiga yaitu; rabb sebagai pemilik atau penguasa, sebagai Tuhan yang ditaati dan sebagai pengatur. Berangkat dari makna asal kata tarbiyah tersebut, Albani berpendapat bahwa pendidikan terdiri dari empat unsur yaitu: pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak hingga baligh. Kedua, mengembangkan seluruh potensi. Ketiga mengarah fitrah dari seluruh potensi menuju kesempurnaan. Dan keempat dilaksanakan secara bertahap. 

Dengan demikian, tarbiyah atau yang lebih populer disebut pendidikan adalah sebuah upaya atau rencana pendampingan untuk mengembangkan potensi anak dimulai sejak dini agar si anak mampu bertahan dalam kehidupannya kelak.


Silahkan bagi anda yang ingin  mengunduh bisa mengunduh file pdf dengan klik tombol dibawah ini