A.Pendahuluan
Islam mengajarkan bahwa orang berharta bertanggung jawab terhadap orang tak punya, dengan memberi bantuan materiil ataupun moril. Jika tidak demikian, maka ia tidak akan pernah layak mendapat nikmat dan mengemban amanat. Pemberian orang kaya terhadap orang miskin bukan Karena kasihan, melainkan karena hak orang miskin yang harus dikeluarkan dari harta orang kaya. Ketika orang kaya memberikan hak kepada orang miskin, berarti ia telah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bukti paling benar atas kesyukuran orang kaya adalah ketika ia menafkahkan hartanya sesuai dengan perintah Allah Swt.
Jika orang kaya mendekatkan diri kepada Allah dengan menyedekahkan hartanya, maka orang miskin mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekah kebaikan. Karena, kadang kebaikan lebih utama dan lebih bermanfaat daripada sedekah harta. Adanya ragam cara bersedekah merupakan bukti nyata bahwa Islam adalah ajaran yang sesuai bagi semua orang dengan berbagai perbedaan situai, kondisi, dan lingkungannya. Karena Islam merupakan syariat yang bersumber dari Allah Swt. yang mengetahui keadaan mereka lahir maupun batin.
B.Pembahasan
1.Kritik Sanad
Kritik sanad merupakan kritik ekstern. Sebagai bagian dari naqd al-hadits, naqd as-sanad merupakan ilmu yang secara spesifik memfokuskan bahasan dan penelitian pada keberadaan paraperiwayat atau transmitter hadits. Dalam disiplin ilmu kritik hadits dikenal dua metode; kritik ekstern (an-naqd al-khariji) dan kritik intern (an-naqd ad-dakhili). Maksud dari kritik ekstern adalah kritik sanad.
Berdasarkan pada terminologi kritik yang digunakan dalam ilmu hadits, secara sederhana dapat dipahami bahwa penyeleksian dimaksud ditekankan pada aspek sanadnya. Sehingga dari kajian tersebut melahirka istilah sahih al-isnad dan dha’if al-isnad. Istilah pertama, mengandung arti bahwa seluruh jajaran perawi dalam suatu hadits berkualitas sahih, disamping juga adanya kebersambungan sanad, serta terbebas dari kerancuan (syadz) dan cacat (‘illat). Sedangkan istilah kedua, mengacu kepada pemahaman bahwa salah satu atau beberapa jajaran periwayatnya berkualitas dha’if, atau bisa jadi karena tidak memenuhi kriteria keshahihan isinya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ، حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا وَاصِلٌ، مَوْلَى أَبِي عُيَيْنَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عُقَيْلٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ، عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ الدِّيلِيِّ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ، قَالَ: " أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ، وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: «أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ»
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Asma’ Adl Dluba’I telah menceritakan kepada kami Mahdi bin Maimun telah menceritakan kepada kami Washil maula Abu Uyainah, dari Yahya bin Uqail dari Yahya bin Ya’mar dari Abul Aswad Ad Dili dari Abu Dzar bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, oramg-orang kaya dapat memperoleh pahala yang lebih banyak. Mereka shalat seperti kamu shalat, puasa seperti kami puasa dan bersedekah dengan sisa harta mereka.” Maka beliaupun bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara kepada kalian untuk bersedekah? Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah, bahkan pada kemaluan seorang dari kalian pun terdapat sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, jika salah seorang diantara kami menyalurkan nafsu syahwatnya, apakah akan mendapatkan pahala?” beliau menjawab: “Bagaimana sekiranya kalian meletakkannya pada sesuatu yang haram, bukankah kalian berdosa? Begitu pun sebaliknya, bila kalian meletakkannya pada tempat yang halal, maka kalian akan mendapatkan pahala.”
Silahkan kalian yang ingin mengunduhnya berupa file pdf klik tombol dibawah ini.
>> Download <<
Wahh.. makalahnya bagus ya. Makasih atas ilmunya
ReplyDelete