Makalah Memahami Hadits Abu Daud no. 483

A.Pendahuluan

Makna sholat yang dalam bahasa ‘Arab yang merupakan bentuk mufrad (tunggal) dari kata ṣalawāt secara bahasa berarti do’a berdasarkan firman Allah swt. dalam QS.  At-Taubah (9:103).6 Sedangkan menurut istilah dimaksudkan dengan perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat khusus berikut gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan tertentu. Sebagai salah satu kewajiban sebagaimana tertuang dalam rukun Islam yang lima, sholat wajib dijaga dan ditunaikan sebagaimana mestinya oleh setiap muslim agar yang bersangkutan  mendapatkan cahaya, burhan, serta keselamatan di hari kiamat dan agar ia tidak dibangkitkan bersama Fir’aun, Haman, Qarun dan Ubay bin Khalaf. Kalau sholat sebagai salah satu kewajiban bagi umat Islam yang ditekankan untuk dilaksanakan secara berjama’ah di masjid sesuai tuntunan dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah yang secara eksplisit ditujukan kepada kaum laki-laki dengan berbagai keutamaannya dan ancaman bagi yang meningalkan dan mengabaikannya, apakah juga hal itu berlaku bagi kaum wanita?  

Al-Qur’an dan Hadits Nabi banyak menyuruh umat Islam untuk sholat berjamaah. Salah satu ayat al-Qur’an menyuruh umat Islam berjamaah adalah al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 43.

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

“Dan Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”

Perintah sholat pada ayat di atas dikaitkan dengan kata ruku’. Hal ini menunjukkan supaya ruku’ dalam sholat dikerjakan secara bersama-sama, mengandung makna mengerjakan sholat secara berjamaah. Selain ayat di atas, hadits Nabi juga banyak menyuruh umat Islam agar sholat berjamaah ke masjid. 

Pada salah satu hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa sholat berjamaah di masjid lebih dua puluh kali lipat pahalanya, kemudian dosa-dosa berguguran, dan Malaikat mendoakannya, dibanding sholat sendirian di rumah.

صلاة أحدكم في جماعة تزيد على صلاته في سوقه و بيته بضعا و عشرين درجة

Sholat seseorang dari kalian dengan berjamaah akan ditambahkan pahalanya dibanding sholatnya di pasarnya atau di rumahnya dengan lebih dua puluh derajat.

Pada hadits di atas, menunjukkan bahwa kewajiban berjamaah ke masjid sama antara laki-laki dan perempuan. Nabi tidak mengkhususkan yang lebih utama berjamaah ke masjid adalah kaum laki-laki atau perempuan. Oleh karenanya semua mempunyai kewajiban dan mendapat imbalan yang sama apabila berjamaah ke masjid.

B.Pembahasan

1.Kritik Historis / Kritik Sanad

Sanad secara etimologis berarti sandaran atau sesuatu yang kita jadikan sandaran. Disebut demikian, karena hadits bersandar kepadanya. Sedangkan secara terminologis, menurut As-Suyuthi mendefinisikan sanad sebagai silsilah orang-orang yang meriwayatkan hadits, yang menyampaikannya kepada matan hadits. 

Untuk menguji keshahihan sebuah hadits, dalam Ilmu Hadits berkembang teori naqd as-sanad (ilmu yang digunakan untuk meneliti matan suatu hadits)..  Melakukan naqd as-sanad sama artinya dengan mengkaji semua orang yang menjadi periwayat dalam mata rantai periwayatan hadits sampai terkodifikasinya kitab-kitab hadits. Ini memiliki pengertian ada ratusan ribu periwayat yang harus dikaji, mengingat jumlah sahabat yang menjadi periwayat saja jumlahnya belasan ribu orang belum termasuk tabi’in, tabi’ at-tabi’in dan seterusnya. Oleh karenanya, bukan merupakan pekerjaan yang mudah melakukan kritik sanad dari berbagai aspeknya. Terlebih lagi mengingat keberadaan subyektivitas pengumpul data (kritikus) yang tidak bisa dinafikan dalam aktifitas naqd as-sanad tersebut. 

Adapun yang akan menjadi pokok pembahasan dari makalah ini yaitu hadits Abu Daud no. 483

حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، أَنَّ عَمْرَو بْنَ عَاصِمٍ، حَدَّثَهُمْ قَالَ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ مُوَرِّقٍ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: صَلَاةُ الْمَرْأَةِ فِي بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي حُجْرَتِهَا، وَصَلَاتُهَا فِي مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي بَيْتِهَا

“Telah menceritakan kepada Kami (Ibnu Al Mutsanna) bahwasannya (Amru bin ‘Ashim) telah menceritakan kepada mereka, dia berkata; Telah menceritakan kepada Kami (Hammam) dari (Qatadah) dari (Muqarriq) dari (Abu Al Ahwash) dari (Abdullah) dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sholat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada sholatnya di kamarnya, dan sholat seorang wanita di rumahnya yang kecil lebih utama baginya daripada di rumahnya.”

Silahkan anda bisa mengunduh file pdf dengan cara klik tombol dibawah ini.

>> Download <<