BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pemikiran tentang hakikat manusia telah dimulai sejak zaman dahulu dan terus berlangsung sampai saat ini. Pemikiran tentang hakikat manusia belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dalam alam semesta merupakan bagian yang amat penting karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukan dalam alam semesta.
Uraian tentang kedudukan manusia dalam alam semesta dan hubunganya dengan filsafat pendidikan Islam, merupakan bagian yang amat penting, karena dengan uraian ini dapat diketahui dengan jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus dilakukannya dalam alam semesta. Uraian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar bagi perumusan tujuan pendidikan, pendekatan yang harus ditempuh dalam proses pembelajaran serta aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Selain itu uraian ini juga penting dilakukan karena manusia dalam kegiatan pendidikan merupakan subjek dan objek yang terlibat di dalamnya. Tanpa ada kejelasan konsep tentang manusia ini, maka akan sulit ditentukan arah yang akan dituju dalam pendidikan.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka pembahasan dalam bab ini akan diarahkan kepada dua hal, yaitu 1) Pembahasan tentang manusia sebagai peserta didik, 2) Kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana peran manusia sebagai peserta didik?
2.Bagaimana peran manusia sebagai khalifah Allah di bumi?
C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui peran manusia sebagai peserta didik.
2.Untuk mengetahui peran manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Manusia Sebagai Peserta Didik
Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Sebutan peserta didik adalah sebutan yang paling mutakhir. Istilah ini menekankan pentingnya murid berpartisipasi dalam peroses pembelajaran. Dalam sebutan ini aktivitas pelajar dalam proses pendidikan dianggap salah satu kata kunci. Jika kita persentasekan, kira-kira begini: pada pengajaran guru-murid kegiatan 100% pada guru, murid 0%, pada pengajaran guru-anak didik, mungkin 75% pada guru 25% pada anak didik, pada pengajaran guru-peserta didik, 50% pada guru 50% pada anak didik. Dalam pandangan paling mutakhir para ahli menghendaki murid mungkin biarlah guru berperan 0%. Jadi, perubahan istilah dari murid ke anak didik kemudian menjadi peserta didik, agaknya bermaksud memberikan perubahan pada peran pelajar dalam proses pembelajaran.
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan pada anak didik kita. Tiga istilah tersebut adalah murid yang secara harfiah berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu; tilmidz (jamaknya) talamidz yang berarti murid dan thalib al-ilm yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada penggunanya. Pada sekolah yang tingkatannya rendah seperti Sekolah dasar (SD) digunakan istilah murid dan tilmidz, sedangkan pada sekolah yang tingkatannya lebih tinggi seperti SLP, SLA, dan Perguruan Tinggi digunakan istilah thalib al-ilm.
Silahkan yang ingin mengunduh file pdf bisa mengunduhnya dengan klik tombol dibawah ini.
>>Download<<
No comments:
Write commentsSilahkan berkomentar demi untuk membangun web kami ke yang lebih baik. Terimakasih telah berkunjung.